2 Penerima Surabaya Marathon Meninggal, Ini Bentuk Tanggung Jawab Panitia

2 Peserta Surabaya Marathon Meninggal, Ini Bentuk Tanggung Jawab PanitiaSalah satu akseptor Surabaya Marathon 2019 yang meninggal di kamar mayat (Foto: Deny Prastyo Utomo)

Surabaya -Dua akseptor Surabaya Marathon yang meninggal adalah Chusnun N Djuraid dan Oentung P Setiono telah mendapatkan klaim asuransi. Kepastian pencairan klaim asuransi itu terjadi sesudah panitia menyelesaikan formalitas administrasinya.

"Jadi kami memang mengasuransikan setiap akseptor Surabaya Marathon apabila ada kejadian meninggal dunia sebesar Rp 25 juta," kata Fransisca kepada detikcom, Selasa (6/8/2019).

Selain menunjukkan klaim asuransi, pihak panitia penyelenggara juga telah melaksanakan aneka macam upaya. Di antaranya pengurusan pemulangan mayat dan menanggung semua biaya di rumah sakit.

"Kami telah melaksanakan upaya-upaya antara lain mengurus kepulangan mayat hingga diterima oleh keluarga dengan baik. Menanggung semua biaya di rumah sakit yang timbul terkait kejadian ini (dokter, ambulans hingga datang di rumah duka)," terangnya.


Fransisca juga menepis bila ada yang beranggapan persiapan ajang Surabaya Marathon tidak matang. Sebab, menurutnya seluruh persiapan sudah sesuai standar operasional mekanisme (SOP).

"Sebetulnya kami tidak mengerti persiapan kami yang kurang matang yang mana. Karena selama penyelenggaraan tahun-tahun kemarin juga berjalan dengan baik," ujar Fransisca.

Fransisca menuturkan persiapan sesuai SOP itu mencakup penyediaan 4 unit ambulance advance yang disewa dari rumah sakit RSU dr Soetomo sebanyak 2 unit dan dari rumah sakit Haji 2 unit yang masing-masing dilengkapi dengan sopir, dokter dan crew. Tak hanya itu pihaknya juga menyiagakan 13 unit ambulans adonan dari Dinas Kesehatan dan PMI dengan penyediaan 75 personel tenaga medis dan fisioterapi.

"Itu terbukti dengan cepatnya respons pinjaman pertama kepada Bapak Chusnun N Djuraid dan Bapak Oentung P Setiono. Kami juga menyediakan 3.000 orang marshal yang terdiri dari pengamanan Pemerintah Kota adonan sebanyak 1.161 personel, 1.000 personel dari kepolisian dan 750 personel dari panitia," tambah Fransisca.

Sedangkan terkait sorotan terhadap verifikasi kesehatan peserta, bahwa selama 3 tahun penyelenggaraan Surabaya Marathon, Fransisca selama ini mengacu kepada aturan-aturan dan ketentuan event major marathon internasional menyerupai Tokyo Marathon, New York Marathon, Gold coast Martahon juga Bali Marathon yang menjadi salah satu trademark marathon di Indonesia. Pada event tersebut, intervensi panitia tidak hingga menyentuh verifikasi kesehatan akseptor satu per satu.


"Dengan mendaftarkan diri sebagai peserta, maka akseptor telah mempersiapkan diri dan menyadari segala risikonya. Namun demikian, panitia tetap berupaya mengingatkan kembali para akseptor akan kondisi kesehatan, baik melalui website, media umum maupun imbauan-imbauan dikala akseptor mengambil kelengkapan marathon, hingga sesaat sebelum marathon dimulai," terangnya.

Dikatakan Fransisca, potensi kejadian menyerupai kecelakaan menyerupai yang dialami oleh dua akseptor Surabaya Marathon sangat memungkinkan dan sanggup terjadi di mana saja. Namun ia mengaku sangat berterimakasih dari aneka macam pihak yang telah menunjukkan masukan.

"Selalu ada potensi kejadian sebagaimana dialami oleh Bapak Chusnun N Djuraid dan Bapak Oentung P Setiono pada setiap penyelenggaraan marathon. Kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah menunjukkan masukan. Panitia juga telah melaksanakan penilaian supaya pelaksanaan Surabaya Marathon berikutnya lebih baik lagi," pungkas Fransisca.

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel