Wabah Malaria Tewaskan 1.800 Orang Di Burundi

Wabah Malaria Tewaskan 1.800 Orang di Burundiilustrasi nyamuk (Foto: thinkstock)

Gitega -Wabah malaria telah menewaskan lebih dari 1.800 orang di Burundi, Afrika tahun ini. Badan kemanusiaan PBB menyampaikan jumlah korban tewas itu menyaingi wabah ebola di Republik Demokratik Kongo.

Dalam laporan terbarunya, United Nation Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) menyampaikan 5,7 juta kasus malaria tercatat di Burundi selama 2019. Angka itu setara dengan dengan setengah jumlah penduduk di negara itu.

Negara berpenduduk 11 juta orang di daerah Great Lakes Afrika itu disebut masih belum mengumumkan keadaan darurat nasional. Meski begitu OCHA menyampaikan wabah malaria menembus "proporsi epidemi" pada Mei lalu.



"Rencana penanggulangan wabah malaria nasional, yang ketika ini sedang divalidasi, telah menyoroti kurangnya sumber daya manusia, logistik dan keuangan untuk tanggapan yang efektif," kata OCHA menyerupai dilansir AFP, Selasa (6/8/2019).

"Semua pemangku kepentingan, termasuk otoritas nasional dan kawan diminta untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan tanggapan yang berpengaruh terhadap keadaan ini sebelum eskalasi," imbuh OCHA.

OCHA menyebut krisis ini dipicu kurangnya langkah-langkah pencegahan menyerupai penggunaan kelambu. Perubahan iklim dan peningkatan perpindahan penduduk dari daerah pegunungan dengan kekebalan rendah juga jadi faktor pendorong.



Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan kepada bahwa keputusan untuk menyatakan epidemi yakni kedaulatan negara Burundi. Negara itu mengumumkan epidemi malaria pada Maret 2017. Saat itu tercatat 1,8 juta kasus malaria dan menewaskan 700 orang.

Seorang pejabat senior pemerintah menyampaikan pemerintah tidak mau mengakui kelemahan dengan pemilihan yang ditetapkan untuk 2020.

"Kami kurang dari satu tahun lagi dari pemilihan presiden. (Presiden Pierre) Nkurunziza, yang menghadapi banyak krisis, tidak mau mengakui apa yang dapat dianggap sebagai kegagalan kebijakan kesehatannya," kata pejabat itu kepada AFP.

Burundi mengalami krisis semenjak 2015, ketika Nkurunziza terpilih untuk ketiga kalinya dalam dalam pemilu. Pemilihan itu diboikot oleh sebagian besar oposisi.

Sekitar 1.200 orang disebut tewas dan lebih dari 400 ribu orang terlantar jawaban agresi kekerasan pada tahun itu. PBB menyebut sebagian besar tindak kekerasan itu dilakukan oleh pasukan keamanan negara. Tahun lalu, Nkurunziza mengumumkan tidak akan mencalonkan lagi.


Ilmuwan Manfaatkan Laba-laba Perangi Keganasan Nyamuk Malaria:

[Gambas:Video 20detik]





Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel